Menu

Title

Subtitle

Wawasan Kehidupan Budaya Bahari

Tajuk Kelompok 1A dan 1B
“Pengelolaan SDL Berwawasan Lingkungan”

Kelompok 1A
- Perubahan sosial pikiran adalah 1 buah gejala berubahnya struktur supel dan arketipe budaya dalam suatu warga
- Reparasi sosial akal budi dipengaruhi oleh factor internal, factor eksternal, dan factor yang menghambat
- Sumber daya bahari adalah sumber daya yang meliputi tempat yang luasnya mencakup kehidupan laut.
- Macam-macam sumber daya samudra:
1. Sumber daya dapat pulih
2. Sumber kesanggupan tidak sanggup pulih
3. Jasa-jasa putaran kelautan
- Dinamika toleran budaya masyarakat terhadap pengelolaan SDL yakni perubahan sepenuhnya seperti motorisasi perahu nelayan yang mengirim fungsi layar dan kelibat, ada reaksi transformasi structural mengenai kelompok-kelompok kerja nelayan dan pelaut serta jaringan pemasaran, ada proses perkembangan internal sebagaimana perubahan jenis bagang tancap ke bagang perahu, dan proses padu (persebaran) yang mencolok

Grup 1B
- Indonesia memiliki sumber kesanggupan laut yang sangat melimpah
- Adanya pola dekstruktif dalam pengelolaan mengakibatkan kelenyapan sumber daya laut
- Indonesia belum dapat mengoperasikan dan mengolah sumber kemampuan laut berdasar pada maksimal karena kurangnya wawasan akan penerapan teknologi
Di dalam upaya pengembangan dan pengelolaan sumber kompetensi laut diperlukan undang-undang serta hokum yang jelas serta tegas.

Maksud Kelompok 2A dan 2B
“Aspek Sejarah Maritim”

Ilmu sejarah kerajaan maritime di Indonesia
1. Sriwijaya
Sriwijaya ialah kerajaan pantai dengan perniagaan Internasional melalui selat malaka. Zona utamanya yaitu ibukota muara dalam Palembang, lurah sungai musi, dan ruang muara-muara seteru. Produk mulai kerajaan sriwijaya yaitu pala, cengkeh, gading, timah, penyu, remah-remah, dll.
2. Majapahit
Kerajaan majapahit ada menurut laut. Kerajaan ini setaraf negara agraris yang memiliki angkatan samudra yang superior. Kerajaan itu melakukan ekspansi dan penetrasi budaya. Kekuasaanya meliputi sumatera, Maluku, & luar zona. Puncak syiar majapahit di masa pemerintahan Hayam Wuruk dibantu Pion Mada. Di dalamnya ada sumpah palapa yang ada dalam kitab pararaton.
3. Gowa
Peluang sebelum Tumanurung
- Memiliki 4 baginda
- Terputus 9 negri kecil dalam kerajaan Gowa
- Sebab memiliki otonomi Negara sendiri, Negara ini saling bersaing
Masa Tumanurung
- Dipilihlah pemimpin cewek bernama Tumanurung
- Pada tahun 1320 kerajaan itu resmi dinamakan Gowa
- Kerajaan gowa sempat terkuak menjadi 2 yaitu utara dan selatan
- Di dalam masa rezim raja ke-9, gowa berhasil meruntuhkan negara talo sehingga berubah sebutan menjadi Gowa Talo.
Perkembangan Kerajaan Gowa
- Berlangsung pada kurun ke 16
- Somba Opu sejajar pusat pemerintahan, dan memproduksi dermaga maka itu ekonomi berkembang dengan pesat
- Dibangun benteng somba opu
Islamisasi Kerajaan Gowa
- Agama islam awalnya turun oleh negara Gowa Talo
- Tatkala perang negeri lain kalah dan akhirnya menerima islam
Zaman Semarak
- Datuk ke 16 memimpin
- Terkenal dengan bandara Intersional
Masa Kelesuan
- Belanda muncul serta mengadakan permusuhan tetapi kalah
- Negara saat hal itu dipimpin Superior Hasanuddin
- Kerajaan Bone bergabung dengan Belanda serta akhirnya pemerintahan Gowa roboh
- Tidak sedikit pahlawan yang wafat
- Perjanjian bongaya yang isinya seluruh resep diberikan mendapatkan belanda

Perhitungan Nilai Ilmu sejarah dalam Kontek pembangunan benua maritime
1. Teknologi Perkapalan: pada tanda sriwijaya, kulit besar telah digunakan dalam berlayar
2. Angkatan Samudra: AL sudahh digunakan untuk menjaga sbilitas kerajaan
3. Navigasi: Kiat pelayaran telah menggunakan perangkat deteksi.
4. Tradisi Kemaritiman: Doa & sesajen bagi kapal segar
5. Kota dan Masyarakat: terbuka nampi unsure pendatang
6. Lembut Budaya Marine: Candi yang melukiskan kulit dan kayak

Kasus:
- Sipadan serta Ligitan (sengketa Indonesia serta Malaysia)
- Perairan Ambalat (Sudah 3 tahun belum terselesaikan)

Group 2B

Histori Perkembangan Pedoman Laut

Daerah pesisir cuma dapat menyekat laut dg batas 3 mil dari garis pantainya.
- Res Nulius: samudra tidak ada yang miliki
- Res Communis: Laut adalah milik jagat
Diadakan musyawarah hokum samudra untuk mengukuhkan batas-batas bahari

Hukum Samudra Indonesia
- Deklarasi Djoenda
- UU no. 6 thn 1996
- Pengumuman benua maritime Indonesia dalam Makassar
- Deklarasi Bunaken
- Mahkamah Gotong Royong
- Seruan Sunda Kelapa
- UU Pokok Perairan
Hukum Laut Internasional
- Pasal 5 UU no. 6 thn 1996
- Laut territorial
- Bab UNCLOS 1982
- Gara-gara 19 Konvensi
- Pasal 10 UU no. 6 thn 1996
Upaya dan Strategi menaungi NKRI diantaranya dengan menyelesaikan mercusuar pada karang unarang, membangun daratan penjaga serta pos penjaga, membangun pulau buatan, kebijaksanaan langsung antar pemerintah, pemberdayaan pulau bersekat terluar, penelitian dan penjagaan kawasan samudra terpadu.

Suara Kelompok 3A dan 3B
“Masyarakat Maritim”

Keragaman ataupun kemajemukan bangsa terjadi karena unsur-unsur sebagaimana ras, etnik, agama, pekerjaan, penghasilan, tuntunan, dan sebagainya. Suku Indonesia diartikan sebagai masyarakat yang multikultural berarti memiliki banyak budaya. Rekognisi akan multiplisitas bangsa ini sesungguhnya telah tercermin dengan baik melalui semboyan golongan kita, yakni Bhineka Unik Ika.
Bentuk – bentuk masyarakat maritime yaitu:
1. Masyarakat maritime Pasuruan
Semenjak lama memforsir sumberdaya marine yang berpunya disekitar wilayahnya sebagai teritori hidup & mencari nasib
2. Suku maritime Kepulauan Riau
Daerah ini mempunyai sumberdaya maritim yang mengacu pada pontensial mampu diandalkan bagi menopang kesejateraan masyarakat marine dan masyarakat pada biasanya
3. Rumpun maritime Lampung Barat
Berparadigma pembangunannya beserta melakukan reparasi yang mengandung semangat desentralisasi, berpola perembukan wilayah, bersama berorientasi dalam pengembangan superioritas komperatif & keunggulan kompetitif.
4. Bangsa maritime Banten Barat
Semangat sumberdaya marine yang ”common property” dan ”open access” membentuk kriteria sosial tradisi masyarakat bahari yang tertentu dan nisbi berbeda secara masyarakat pedesaan lainnya (terrestrial villagers)
5. Masyarakat maritime Lombok Timur
Penghidupan masyarakat di ruang ini lebih banyak mengandalkan perikanan, disamping sektor-sektor lainnya, laksana pertambangan, usaha, perdagangan, perhotelan dan restorasi, transportasi, perbankan dan jasa-jasa lainnya.

Tajuk Kelompok 4A dan 4B
“Kelembagaan Bangsa Maritim”
Kelompok 4A
Pembahasan adalah proses-proses terstruktur (tersusun) untuk melakukan berbagai rancangan tertentu (Horton and Hunt, 1993: 244). Selanjutnya dikatakan lembaga termasuk di antara norma-norma masyarakat yang paling resmi dan berwatak memaksa, dan ketika kebiasaan dan sistem nilai pada sekitar suatu kegiatan yang penting jadi terorganisasi di dalam komposisi keyakinan serta perilaku yang sangat standar dan menyisipkan, maka suatu lembaga sudah berkembang.
Jenis-Jenis Kelembagaan:
- Kelembagaan Ketatanegaraan
- Kelembagaan Kekerabatan
- Kelembagaan Agama/Kepercayaan
- Kelembagaan Ekonomi
Kelembagaan Tradisional:
1. Sasi
Sasi dapat diartikan sebagai restriksi untuk mengangkat hasil sumberdaya alam khusus sebagai kuasa pelestarian pada menjaga peringkat dan komunitas sumberdaya hayati (hewani mau pun nabati) negeri tersebut
2. Ponggawa Sawi
Ponggawa-sawi yang merupakan suatu bentuk perkumpulan sosial yang sudah mapan dalam kalangan suku Bugis, Makassar.

Kelompok 4B
Kemiskinan yakni masalah yang multidimensional oleh karena itu pendekatan bagi mengentaskan kesusahan juga pantas multidimensional. Dalam hal membereskan kemiskinan keluarga nelayan, Setidaknya perlu mengagas dan menjelmakan harapan bakal perkuatan kawasan kelautan atas semua segi. Mulai dari gazetteer pulau, pemetaan wilayah terbaru, penegasan tapal batas, perkuatan barisan pertahanan lautan (penambahan peringkat kapal penjaga laut mencapai berbatas jumlah ideal), pengembangan & kawal senantiasa pulau-pulau terluar, penertiban tempat tangkapan ikan dan aksi kelautan lainnya, sampai soal penyelamatan putaran perairan. Yang ada juga tercakup perkuatan sektor perikanan, perkelahian nasib nelayan lokal (dalam negeri), persetujuan dan penegakan hukum perairan dan nautikal, sampai pemanfaatan berkelanjutan kesanggupan laut yang ramah lingkungan. Begitu penuh “pekerjaan rumah” yang kudu diselesaikan Indonesia untuk dapat tegar jantan sebagai satu negara marine terbesar wilayah.
sosialpower.com Dengan demikian mengatasi kekurangan nelayan sepatutnya harus diawali dengan memilikinya data sah statistik. Berikutnya ditindaklanjuti mengenai apa penyebab dari kesukaran tersebut, apakah karena perangkap utang atau faktor unik. Kemudian cara atau metode untuk menaggulanginya lebih terfokus, pada nelayan-nelayan yang berada pada subordinasi tokeh. Bagaimanpun juga bahwa penyebab kesukaran tidaklah bertumpu disemua lokasi, bahkan ukurannyapun bisa berbeda-beda atau tersangkut kondisi setempat. Sehingga kiat pengentasan kemiskinanpun tidak mampu digeneralisir di dalam semua wilayah atau sekalian sektor. Kesusahan yang dialami oleh nelayan tidak sanggup disamamakan secara ukuran kemiskinan buruh dalam perkotaan. Bahkan dalam suatu di kabupaten yang sama belum tentu dapat diratakan ukuranya pada desa-desa pesisir yang ada. Agenda pengentasan kemiskinan nelayan membutuhkan strategi khusus yang mampu menjawab saksi yang berlangsung hari tersebut. Selain ini, peranan pedoman juga jadi sangat primer untuk mensejahterakan para nelayan.

Kesimpulan Group 5A & 5B
“Dinamika Kehidupan Sosial Budaya Bahari”

Kelompok 5A
Sistem perhitungan budaya, perbuatan kolektivitas, dan perilaku budaya kebaharian tersebut tumbuh berkembang sebagai salinan dari kepandaian berinteraksi dengan laut, pekerjaan berat serta rumit, risiko bahaya & ketidakmenentuan, putaran sosial pranata masyarakat pengguna sumberdaya & jasa laut yang lain, pemerintah, pasar, dan sebagainya. Nilai-nilai tradisi yang mendalam dalam masyarakat bahari tersebut perlu diimput dengan rekayasa nilai-nilai integratif, asimilatif, futuralistik, dan fleksibel (input values) yang tersembunyi dalam visi Universitas Hasanuddin (“Unhas setaraf pusat penjelasan budaya bahari”) yang bakal menjelmakan nilai-nilai budaya bahri yang holistik, interkonektif, serta mandiri (output values) bagi menjadi contoh sekaligus tujuan pengembangan tradisi bahari di masa kepil.

Kelompok 5B

1. Bermacam-macam desa nelayan di daerah timur Nusantara lainnya, motorisasi perahu serta kapal penangkapan ikan dalam desa-desa nelayan Sulawesi Selatan baru mulai dari di tahun-tahun 1970-an.
2. Perkembangan Usaha dan Teknologi Perikanan Laut yaitu Gae, Bagang, Bisnis pancing tongkol, Usaha lobster dan ikan hidup, danKompresor.
3. Arketipe hubungan (struktur sosial) yang menandai relasi dalam grup P. Sawi baik di dalam bentuknya yang elementer (P. Laut/Juragan-Sawi) ataupun bentuk lebih kompleks (P. Darat/P. Lompo-P. Laut/Juragan-Sawi) ialah hubungan patron-client.
4. Kultur atau jagat kehidupan umat tersebut sekurang-kurangnya meliputi tujuh unsur biasa (cultural universal), yakni warta (cognitive/ideational/mental material), bahasa, sistem sosial, per-ekonomian, teknologi, keindahan, religi dan kepercayaan.
5. Kelestarian sumber daya, khususnya sumber kesanggupan laut diartikan sebagai sesuatu yang sangat tebal, oleh karena itu kelestariannya harus dijaga.

Kesimpulan Grup 6A serta 6B
“Pembangunan Benua Bahari (IPTEKS BAHARI)”

Kelompok 6A
Lautan yakni bagian popular wilayah RI dan ialah factor tertinggi yang kudu dikelola menggunakan baik jimat mewujudkan niat – rencana nasional. Pengelolaan aktivitas pembangunan laut kudu bersifat konsisten.
Salah satu pembeda utama sempang kebudayaan masyarakat maritime & darat yang sekaligus menajdi keunikan mendorong ialah kepelikan tipe/bentuk & variasi teknologi digunakan. Kepelikan tipe serta variasi teknologi yang diterapkan.
Kendala Lazim dalam Pemanfaatan Wilayah Nusantara
• kualitas tenaga tingkah laku dalam eksploitasi dan peladangan laut masih kurang
• dalam pemanfaatan laut sebagi sumber benda baku & sumber energy adalah kurangnya tenaga ahli dan trengginas yang sanggup mengeksploitasi dan mengeksplorasi sumber- sumber itu di dalam, disamping masalah permodalannya
• belum meratanya rancangan industri
• terbatasnya tumpuan untuk pertahanan dan kesakinahan di samudra.
• segenap potensi sumberdaya yang ditemui di ZEEI yang hak pengelolaannya dikasih kepada Indonesia belum dapat diketahui berdasar pada pasti, lagi pula dimanfaatkan sebagai sumber pambangunan.

Kelompok 6B
1. Kontinen Maritim Indonesia (BMI) adalah wilayah perairan dengan hamparan pulau – pulau didalamnya, sebagai satu kesatuan sebenarnya antara bumi, laut & udara dalam atasnya tuntas unik secara sudut ranggul iklim serta cuaca keadaan airnya, tatanan kerak dunia, keragaman biota serta susunan sosial akal budi.
Terdapat lima aspek yang dapat jadi modal tertinggi dalam utama penguatan pembangunan negara marine modern dalam Indonesia, adalah:
· Penyungguhan pemahaman tentang wawasan maritime
· Penegakan kedaulatan yang nyata di laut
· Pembangunan industri maritim
· Meletakkan pentingnya penataan ruang wilayah maritime
· Penegakan sistem menyandarkan maritim
3. Untuk mengangkat pemanfaatan potensi sumberdaya kelautan maka total diperlukan IPTEK, yang kudu pula didukung oleh riset yang tajam dan konstan. Pembangunan nautikal sekarang berikut antara unik mencakup:
1. Capture Fisheries and Aquaculture
2. Marine Biotechnology
3. nonliving Resources
4. Nautikal Transportation
5. Sea Territory
6. Small Island Development
Dalam rancangan pengembangan sumberdaya kelautan dimasa depan, oleh karena itu titik puncak pemanfaatan hendak dicapai kalau pengembangan dan pemanfaatannya meperhatikan 3 hal yaitu, pengembangan IPTEK Maritim dan perikanan, Industri perikanan dan nautikal serta admistrasi dan managemennya.
Contoh pemanfaatan IPTEK di dalam Lingkungan Usang (Teknologi Penangkapan Ikan) Adanya teknologi laksana Inderaja serta Fishfinder.

Go Back

Comment